OPERATOR SELULER TERJEBAK DALAM PERSAINGAN

Posted: Okt 22, 2007 in PONSEL

Dalam postingan yang lalu mengenai Dian Sastro ternyata mendapat respon yang begitu banyak dari rekan2, bahkan comment yang diberikan banyak bermanfaat bagi pembaca, ada yang mengajak melakukan perhitungan lagi, ada yang melakukan perbandingan dan koreksi tarif, ada yang mengatakan masalah edukasi dan etika, ada yang berpendapat bahwa sudah saatnya beraliran keras / black campaign, ada yang mensupport si A dan si B, dan macam2 comment. Dari banyak hal diatas membuat saya berpikir kembali, apakah makna persaingan tersebut? Keuntungan apa yang didapat dari kerasnya persaingan tersebut? Adakah keuntungan buat pelanggannya?

Saya pernah mengikuti training yang diadakan oleh Bpk Wing Wahyu Winarno dosen STIE YKPN Yogyakarta mengenai Tehnologi Seluler dan Internet dimana beliau membahas mengenai ROAMING. Dari kata Roaming tersebut berlanjut sampai ke masalah persaingan operator seluler, dari itu maka terbesit dalam pikiran saya mengenai kondisi sekarang yang terjadi di dunia operator seluler.

Menurut Pak Wing, terjadi kesalahpahaman mengenai penggunaan kata ROAMING, kata tersebut digunakan oleh para operator seluler dengan arti kejadian dimana pengguna ponsel mengunakan ponselnya diluar dari daerah yang mengeluarkan nomor ponselnya. Misal, nomor yogyakarta digunakan di Jakarta atau kota2 lain diluar yogyakarta. Namun sebenarnya ROAMING itu adalah saat kartu operator tertentu mengunakan jaringan / network operator lain. Misal, nomor indosat mengunakan jaringan Telkomsel. Sehingga roaming dikenai biaya tertentu karena menggunakan network operator lain. Saya setuju dengan pendapat ini, karena istilah ROAMING INTERNASIONAL juga artinya kartu dari operator tertentu mengunakan network operator lain di luar negeri, jadi bukan menggunakan network operator dari kartu itu juga tapi posisi di luar negeri. Sehingga sangat aneh jika kartu dibawa ke luar daerah (dalam negeri) dikenai biaya roaming, krn masih mengunakan jaringan sendiri juga. Namun ternyata di Indonesia, untuk masing2 operator tidak dapat melakukan roaming yaitu kartu operator tertentu menggunakan jaringan operator lain. Masalahnya dimana?

  • Gentho : Ooo…. roaming ki iso berarti Salah Kamar yo dab? dadi nek aku turu ro bojoku nang kamar mertuoku yo…
  • Dab Rider : yo ora, misalle nek koe turu ro mertuomu nang kamar mertuomu….
  • Gentho : Ooo. ngono..lha nek turu ro mertuoku nang kamar bojoku…
  • Dab Rider : yo podo wae ah..
  • Gentho : lha ning ra mbayar ki?
  • Dab Rider : Luweehhh….

Pernahkah anda mencoba melakukan pemindahan jaringan ponsel anda menggunakan jaringan operator lain? Hasilnya bagaimana? Forbidden dan ponsel tidak dapat digunakan ( kadang hal ini dilakukan untuk location update jika ada permasalahan dalam jaringan, setelah itu dikembalikan ke jaringan semula ). Namun jika anda di luar negeri,anda dapat melakukan pemindahan tersebut, Kenapa bisa? Karena selain diaktifkannya International Roaming / IR, juga operator tersebut sudah menjalin kerjasama dengan operator di luar negeri. sehingga dikenakan biaya roaming yaitu jika anda menerima telponpun dikenakan biaya. Nah, permasalahannya adalah menjalin kerjasama. Saya pikir lebih baik sejak awal antar operator seluler di Indonesia itu menjalin kerjasama karena banyak keuntungannya yaitu terjadi penghematan biaya operasional, tarif murah namun mendapatkan income yang besar, mutu dan kualitas dapat diandalkan dan pelanggan lama/existing dapat diperhatikan dan dipertahankan. Loh…. Tahu dari mana antar operator tidak terjalin kerjasama? karena dari beberapa hal yaitu :

Tidak dapat menggunakan jaringan operator lain

Ini adalah permasalahan yang sangat mendasar sekali, karena konsep dalam berbisnis di Indonesia yang keras dalam persaingan, sehingga arogansi dan egois yang muncul. Sebenarnya jika ini dapat dilakukan maka dapat melakukan penghematan dalan biaya operasional yang tertinggi yaitu pendirian menara BTS (base transceiver station yang menjembatani perangkat komunikasi penguna dengan jaringan menuju jaringan lain). Misalnya, dibutuhkan 250 BTS untuk menjangkau luas seluruh wilayah Yogyakarta, maka sebaiknya untuk pendirian BTS tersebut dibagi dalam jumlah operator yang ada diYogyakarta, misal ada 5 operator seluler, maka masing2 cukup mendirikan 50 BTS yang letaknya ditentukan sesuai kesepakatan. Kemudian pelanggan kartu seluler cukup pindah menggunakan network yang dia dapat pada posisinya saat itu dengan ketentuan biaya yang sudah ditentukan masing2 operator jika terjadi roaming tersebut. Namun kondisi saat ini adalah, operator A mendirikan 250 BTS, operator B juga mendirikan 250 BTS dan seterusnya. Seharusnya dapat menghemat 200 biaya pembangunan BTS dan dengan hematnya biaya operasional tersebut, maka tarif telepon dapat lebih murah lagi meskipun dengan kondisi roaming. Contohnya adalah pada Mesin ATM Bank, tidak perlu mendirikan banyak mesinATM dalam satu wilayah, tapi cukup kerjasama dengan bank lain agar uang tersebut dapat diambil dari mesin ATM Bank lain. Siapa yang diuntungkan? Bank dan nasabah, tidak perlu repot2 memikirkan pendirian mesin ATM di banyak wilayah dan nasabah tidak perlu bingung mencari2 ATM untuk mengambil uang.

Operator baru susah mendapatkan interkoneksi

Interkoneksi adalah menghubungkan antar operator sehingga operator A dapat menghubungi operator B dan sebaliknya. Dalam prakteknya, interkoneksi tidak selalu mulus sebagaimana gambaran ideal pada tataran normatif. Permasalahan yang muncul yaitu diawali dengan perbedaan manajerial di masing-masing operator, yang mengakibatkan perbedaan interprestasi maupun prefensi. Kadang adanya keengganan dari operator lama memberikan fasilitas interkoneksi karena bagaimanapun operator pencari akses akan menjadi pesaing. Pernah anda menggunakan kartu dari operator seluler baru? Apakah sudah bisa untuk menelpon keoperator seluler lain? atau Ada operator seluler baru yang lama dalam proses launching? Ada juga proses interkoneksi melakukan persyaratan yaitu operator A mensyaratkan kondisi interkoneksi dengan operator B terkait dengan operator C. A hanya bersedia interkoneksi dengan B apabila yang terakhir terlebih dahulu sudah koneksi dengan C yang notabene masih bersaudara dengan A. Atau mungkin ada juga yang perlu membayar biaya interkoneksi untuk operator baru kepada operator lama (duit lagi..duit lagi…). Untuk pelanggan seluler, ini bukan menjadi urusannya, yang penting dapat digunakan untuk interkoneksi dan tidak berdampak pada tarif. Ini seharusnya tantangan pemerintah selaku regulator dan para operator seluler.

Pembatasan interkoneksi antar seluler

Pernahkah anda susah dalam menelpon nomor dari operator lain? mungkin sampai 5 kali dial atau lebih baru bisa nyambung. Kemudian anda bertanya kepada operator seluler anda dan jawabanya operator lain sedang bermasalah, lalu anda bertanya pada operator lain dan jawabannya, permasalahan pada operator anda. Lalu permasalahan dimana? Ibarat anda mau masuk ke rumah tetangga anda, maka anda harus mengetuk pintu dulu, nah tergantung tetangga anda mau membukakan pintu atau tidak? Ini biasanya adalah masalah jumlah koneksi yang dapat dilakukan, sehingga jika seharusnya dapat dilakukan koneksi sejumlah 16 penelpon, namun hanya diberikan 8 penelpon, sehinga harus melakukan antrian untuk 8 jalur tersebut. Jadi, sudah mendapatkan ijin interkoneksi namun masih ada pembatasan. Hal ini dilakukan mungkin, untuk menghindari masalah jaringan untuk koneksi internal operator tersebut. Lebih mengutamakan pengguna selulernya sendiri sehingga mudah dalam menelpon untuk sesama operator. Dan bisa juga karena ketatnya persaingan antar operator sehingga dapat untuk menjatuhkan operator seluler lain. Lalu, siapa yang dirugikan dari hal tersebut? Pastinya operator seluler dan pelanggan.

Terjadi persaingan yang makin keras, terutama masalah tarif dan iklan

Sudahkah anda lihat iklan iklan terbaru? Makin menggiurkan bukan tentang janji-janji dari operator seluler tersebut. Sudah brapa banyak operator seluler saat ini? Tapi pastinya yang ditawarkan adalah tarif murah melakukan telpon, sms dan fasilitas lainnya. Namun, sudahkah anda berpikir untuk memilih dari segi kualitas, baik dari kartu, jaringan sampai dengan pelayanan yang bagus? Percuma jika anda memilih kartu yang paling murah namun susah buat telepon, susah buat sms, bahkan ada yang susah ditelpon. Jika anda seorang pebisnis, anda sudah dirugikan brapa juta atau bahkan milyar jika anda tidak dapat telpon atau dihubungi? Apalagi jika sudah tarifnya mahal banyak problemnya lagi ๐Ÿ˜‰ Itulah kondisi operator seluler saat ini, karena ketatnya persaingan untuk mendapatkan pelanggan, sehingga menurunkan tarifnya untuk memikat pelanggan baru, dengan turunnya tarif maka terjadi penurunan pula untuk kualitas baik kartu sampai jaringan. Apalagi ditambah dengan makin kerasnya iklan2 dalam mengkampanyekan produk mereka sambil memperolok operator lain. Lalu untungnya dimana? Pasti vendor yang membuat iklan tersebut karena bentar2 bikin iklan…. ๐Ÿ˜‰

Kesimpulan yang didapat, Sebenarnya lebih menguntungkan sistem kerjasama antar operator untuk bisnis seluler di indonesia. Persaingan yang ketat dan tidak sehat menyebabkan proses pembangunan/perluasan wilayah yang terhambat, proses penigkatan fiture yg tidak optimal dan terjadi penurunan kualitas, semua dikarenakan biaya operasional tinggi namun pendapatan kecil penyebabnya yaitu tarif murah hanya untuk persaingan. Dan buruknya persaingan antar operator seluler sehingga operator lebih mementingkan kepada pertambahan jumlah pelanggan sedangkan pelanggan lama tidak lagi diperhatikan. Padahal seharusnya, tarif murah itu berlaku kepada pelanggan yang sudah lama mengunakan jasa operator seluler tersebut. Makin lama maka makin mendapatkan benefit yang lebih menguntungkan? Sudahkah anda mendapatkan itu?

Wassalam.

Komentar
  1. Gus Suh berkata:

    Hemm..
    Boleh juga..
    Pantesan rambut mu makin lama makin habis.., ternyata memikirkan ini yah.. ๐Ÿ™‚
    Dapat salam dari Nugroho Semin…

  2. bramrider berkata:

    Gus Suh,

    Manteb juga candaannya, maksudnya… sampai abis rambutnya nggak bakalan tuh kerjasama terjadi… he…he…
    Masalahnya gini gus, coba deh dengan munculnya 3G, emang sudah brapa luas sih untuk dapet sinyal 3G? di jogja aja baru lingkar dalem ringroad, itu untuk semua seluler, mendingan kan dibagi2 jatahnya untuk semua operator seluler, dgn gitu kan bisa sampe Semin sinyalnya… ha..ha…
    yang jelas, Gus Suh nggak usah report2 jualan kartu, cukup nebeng antena aja dapet duit… serta gak ada lagi istilah Calling Card…. ๐Ÿ˜‰
    Salam balik buat Nugroho di Semin, bilangin suruh insaf… he..he..

    Maturnuwun.
    Salam.

  3. Dido berkata:

    Oooo, ternyata ada kesalahan pengertian ya om Bram…

    Kok bisa ya operator-operator besar disini pada gak aware dengan pengertian “Roaming” tsb… ck ck ck…

    Ini yang baru ter-capture, jangan2 masih ada lagi nih istilah2 yg lain yang masih salah….

    Sepertinya service yang benar2 menguntungkan pelanggan jika antar operator tsb saling kerjasama ya… (Mimpi kali yee… )

    Salam,

    Pelanggan yang mendambakan kerjasama antar operator

  4. bramrider berkata:

    Om Dido,

    Sebenarnya enak ya om, andaikan om dido pake kartu seluler kemudian mau pakai 3G buat internet, ternyata gak dapet sinyal 3G, kan bisa di switch ke network seluler lain yang ada 3G nya….
    Jadi gak perlu ganti2 kartu.. ๐Ÿ˜‰ Apalagi mau menyongsong 4G yang udah serba jaringan internet… gimana nih?

    Salam.

  5. Dido berkata:

    Wah kalau itu bisa terwujud, bukan saya aja yang enak om Bram…Semua pelanggan operator pasti akan merasakan dimanjakan ….

    Tapi apakah scr teknologi itu bisa dilakukan…??

    Jika tidak bisa ya kita ngerti lah…

    Tapi jika bisa, tapi tidak dijalankan.
    Berarti para operator tsb memang tidak memperhatikan kebutuhan pelanggan, melainkan mementingkan persaingan & keuntungan semata.

    Sekali lagi… mimpi kali yee.. klo operator di Indonesia mau kerjasama…. ๐Ÿ™‚

  6. bramrider berkata:

    Om Dido,

    Wah.. keiatannya ini butuh jawaban orang tehnikal dari operator seluler ya….
    Tapi menurut saya bisa, lha kan ada internasional roaming dimana kartu kita bisa digunakan di luar negeri kemudian kita pindah ke operator yang ada diluar negeri, apalagi untuk 3G.
    Saya udah coba sewaktu di singapur untuk mencoba jaringan 3G di oparator sana (starhub), dan hasilnya kenceng banget untuk akses intenetnya, namun tagihan saya jadi mahal karena ikut tarif dari operator tersebut (sesuai kurs negaranya). Nah… kenapa di dalam negeri sendiri kok nggak bisa, karena memang tidak dibuka untuk roaming ini.
    Memang bisnis di indonesia seperti itu, praktek monopoli aja masih merajalela… ๐Ÿ˜‰
    Namun saya tidak bisa menerima kalo alasanya bisa membuat overload jaringan( meski kenyataan lebaran pada mudik trus terjadi overload ) karena kenyataan pelanggan seluler untuk satu operator aja sudah melebihi 20juta… dan targetnya bisa lebih dari itu…
    Lha di luar negeri aja menerima International roaming, brarti kan siap overload.. ๐Ÿ˜‰
    Semoga ada orang tehnikal yang bisa menjawab secara tehnik nih…

    Maturnuwun.

  7. Gus Suh berkata:

    Istilah orang dagang, titip dagangan….
    nda usah njelimet-jlemit.. kekekk..kkk

    Mari kita usulkan bram”cd”rider sebagai Presiden….!!!!
    Semoga dgn begitu rambut nya nda jatuh satu-persatu lagi…. apa kebalikannya malah abis… he..he

    Nugrogo semin sdh agak “sadar” skr.. ๐Ÿ™‚

  8. Wing berkata:

    Ada yang membuat saya sedih mas, yaitu: semua operator seluler kita yang besar2 (tau deh yg kecil), dimiliki orang asing, terutama dari Singapura dan Malaysia…

    Jadi, kalau kita bilang sebel sama Malaysia karena memperlakukan para TKI kita kayak gitu, hmmm, mereka tinggal tekan tombol OFF, maka berhentilah semua komunikasi kita… ๐Ÿ˜ฆ

  9. bramrider berkata:

    wah, bisa jadi tuh di OFF kan, lha…contohnya aja kemarin tidak bisa nonton liga inggris gara2 di OFF kan juga sama si Malas dgn Astr* nya. Tapi.. kok ya masih jualannya di Indon gitu loh…. ๐Ÿ™‚ Pusing deh pak wing, kalo mikirin si Malas tuh…..

  10. Betul sekali Mas, aku juga kepikiran gitu tapi gak bisa jembrengin secara teknik, walau hanya istilah diang ๐Ÿ™‚

    Selamat Datang Era 3G

    Hematku semua kembali ke regulator alias pemerintah kita, apa ada itikad ke arah sana yang notabene merupakan penghematan besar-besaran buat bangsa ini.

    Karena kita taunya cuma beli dan pake ๐Ÿ˜ฆ

  11. orangutanz berkata:

    Kalo ngomong yang paling diuntungkan itu praktisi iklan /aadvertising agency, emang ga salah sih. huehehe… mari menggendutkan kantong kami.
    Tapi yang perlu dikoreksi adalah bahwa tiap company itu pasti punya advertising promotion sendiri (inhouse). Jadi ga semata2 agency mendikte product untuk melakukan sebuah campaign tertentu.
    So, kalo sebuah product sudah berhasil didikte oleh agency untuk bikin iklan dengan maksud menggendutkan kantong advertising agency doang, sudah saatnya departemen Humas / Marcomm / CorComm / PR / whatever itu dibubarkan atau karyawan yang bertanggung jawab di bagian itu dirumahkan saja. Ga ada guna.

    Tapi tentu kita tau bahwa yang terjadi kebalikannya. ๐Ÿ˜€
    so, who’s to blame?

  12. iik berkata:

    assalamu’alaikum, bolehkan saya mengutip beberapa bagian essay ini sebagai behan papers saya??

Tinggalkan Balasan ke bramrider Batalkan balasan